Muslim Pop | Ibadah kurban merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama pada Hari Raya Idul Adha. Tidak hanya menyembelih hewan kurban, proses distribusi atau pembagian hewan kurban juga merupakan bagian penting yang menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Karena itu, umat Islam perlu memahami bagaimana pembagian hewan kurban yang benar menurut syariat agar tidak menyalahi aturan yang telah ditetapkan.
Seperti dilansir Baznas, tulisan ini membahas secara tuntas dan terstruktur mengenai pembagian hewan kurban dari sudut pandang Islam, dengan merujuk pada dalil Al-Qur’an, hadits, serta pendapat ulama. Tujuannya agar umat Islam dapat melaksanakan kurban dengan benar, tepat sasaran, dan penuh berkah.
Tujuan dan Hikmah dari Pembagian Hewan Kurban
Salah satu tujuan utama dari pembagian hewan kurban adalah agar manfaat dari ibadah kurban dapat dirasakan oleh banyak orang, terutama mereka yang membutuhkan. Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hajj ayat 28 dan 36 disebutkan bahwa daging hewan kurban hendaknya dibagikan kepada fakir miskin serta dinikmati oleh yang berkurban.
Dengan pembagian hewan kurban yang baik dan adil, semangat solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat muslim akan tumbuh. Selain itu, ini juga menjadi bentuk nyata dari kepedulian sosial yang dianjurkan dalam Islam.
Para ulama menjelaskan bahwa pembagian hewan kurban seharusnya memperhatikan tiga kelompok utama: (1) orang yang berkurban dan keluarganya, (2) kerabat dan tetangga, serta (3) fakir miskin. Ketiganya memiliki hak untuk mendapatkan bagian, namun proporsinya bisa disesuaikan.
Jika pembagian hewan kurban dilakukan secara asal-asalan, tanpa niat dan aturan yang benar, maka nilai ibadahnya bisa berkurang atau bahkan menjadi tidak sah. Karena itu, memahami tujuan dan hikmah kurban sangat penting bagi setiap muslim.
Selain menunaikan kewajiban agama, pembagian hewan kurban juga menjadi momen untuk menebar kebahagiaan dan mempererat hubungan sosial antarwarga.
Ketentuan Dasar dalam Pembagian Hewan Kurban
Secara umum, pembagian hewan kurban memiliki aturan tersendiri yang ditetapkan berdasarkan syariat Islam. Salah satu ketentuannya adalah bahwa daging kurban tidak boleh dijual, apalagi kulitnya, karena itu semua merupakan bagian dari ibadah.
Ulama menyepakati bahwa pembagian hewan kurban harus dilakukan dalam bentuk daging mentah, bukan dimasak, dan harus diberikan secara cuma-cuma kepada yang berhak. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menjual kulit hewan kurbannya maka tidak ada (pahala) kurban baginya.” (HR. Hakim)
Idealnya, pembagian hewan kurban dilakukan dengan cara membagi tiga bagian: sepertiga untuk yang berkurban, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, dan sepertiga untuk fakir miskin. Meski begitu, sebagian besar ulama membolehkan seluruh daging diberikan kepada fakir miskin.
Dalam praktiknya, panitia kurban wajib mencatat siapa saja yang berhak menerima dan memastikan bahwa pembagian hewan kurban tidak salah sasaran. Fakir miskin tetap menjadi prioritas utama penerima daging kurban.
Karena itu, penting bagi setiap pelaksana kurban untuk memahami ketentuan dasar ini agar pembagian hewan kurban tidak menyimpang dari ketentuan agama.
Siapa Saja yang Berhak Menerima Daging Kurban?
Pertanyaan penting yang sering muncul adalah siapa saja yang berhak menerima bagian dari pembagian hewan kurban? Islam memberikan ketentuan yang jelas mengenai hal ini.
Kelompok pertama adalah fakir miskin, yang menjadi prioritas utama. Mereka sangat dianjurkan untuk menerima daging kurban sebagai bentuk bantuan dan empati dari umat Islam. Dalam hal ini, pembagian hewan kurban menjadi sarana utama distribusi kebaikan.
Kelompok kedua adalah kerabat dan tetangga. Meski mereka tidak termasuk fakir miskin, namun dalam rangka mempererat silaturahmi dan kasih sayang, mereka juga dianjurkan menerima bagian dari kurban. Maka dari itu, pembagian hewan kurban tidak hanya tentang bantuan ekonomi, tapi juga memperkuat ukhuwah.
Kelompok ketiga adalah orang yang berkurban itu sendiri dan keluarganya. Mereka boleh menikmati sebagian dari daging kurban, tetapi tidak boleh menjualnya. Hal ini dibolehkan sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan dalam keluarga.
Perlu dicatat bahwa panitia atau jagal hewan kurban tidak diperbolehkan menerima bagian dari pembagian hewan kurban sebagai upah. Mereka hanya boleh diberi hadiah di luar bagian kurban.
Dengan memperhatikan hak-hak tersebut, maka pembagian hewan kurban akan menjadi lebih bermakna dan sesuai tuntunan syariat.
Kesalahan yang Sering Terjadi dalam Pembagian Hewan Kurban
Sayangnya, dalam pelaksanaan di lapangan, masih banyak kesalahan dalam pembagian hewan kurban yang sering terjadi. Kesalahan ini bisa berdampak pada keabsahan ibadah kurban itu sendiri.
Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah menjual bagian dari hewan kurban, seperti kulit atau kepala. Padahal, ini jelas dilarang dalam Islam. Dalam konteks ini, pembagian hewan kurban seharusnya dilakukan tanpa ada unsur jual beli.
Kesalahan lainnya adalah memberikan bagian kepada orang kaya atau mereka yang tidak membutuhkan. Ini bertentangan dengan tujuan utama dari pembagian hewan kurban yang semestinya ditujukan untuk yang membutuhkan.
Beberapa orang juga kerap mengutamakan keluarga dan kerabat sendiri tanpa memperhatikan keseimbangan. Akibatnya, pembagian hewan kurban menjadi tidak adil dan menghilangkan nilai sosial dari ibadah ini.
Ada juga yang salah kaprah dengan memberikan bagian kepada tukang jagal sebagai bayaran. Padahal, Rasulullah SAW sudah menegaskan bahwa mereka tidak boleh diberi dari hasil pembagian hewan kurban.
Oleh karena itu, evaluasi dan pemahaman mendalam sangat diperlukan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam pembagian hewan kurban di masa depan.
Tips Agar Pembagian Hewan Kurban Lebih Efektif
Agar pembagian hewan kurban berjalan efektif dan tepat sasaran, diperlukan persiapan yang matang dan sistematis. Beberapa tips berikut bisa dijadikan acuan oleh panitia kurban atau masyarakat umum.
Pertama, buatlah daftar penerima yang valid. Pastikan bahwa mereka benar-benar membutuhkan dan memenuhi syarat sebagai penerima daging kurban. Hal ini akan membuat pembagian hewan kurban menjadi lebih adil.
Kedua, komunikasikan kepada peserta kurban dan panitia mengenai aturan-aturan syariat. Edukasi ini penting agar semua memahami batasan dan tata cara pembagian hewan kurban yang benar.
Ketiga, hindari tumpang tindih dalam pemberian. Jika ada beberapa masjid atau panitia kurban dalam satu wilayah, koordinasi sangat dibutuhkan agar tidak ada yang menerima berlebih dan ada yang tidak kebagian.
Keempat, jika memungkinkan, kemas daging kurban dengan rapi dan higienis. Ini menunjukkan bahwa pembagian hewan kurban dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan profesional.
Kelima, libatkan anak muda dan relawan agar proses distribusi menjadi cepat dan efisien. Mereka bisa membantu dalam mengantar daging langsung ke rumah-rumah penerima manfaat.
Dengan tips ini, diharapkan proses pembagian hewan kurban bisa berjalan lebih lancar, efektif, dan sesuai ajaran Islam.
Pembagian hewan kurban adalah bagian penting dari ibadah kurban yang tidak boleh diabaikan. Sesuai dengan ajaran Islam, daging kurban sebaiknya dibagikan kepada fakir miskin, kerabat, tetangga, dan sebagian dikonsumsi sendiri.
Dengan memahami tujuan, ketentuan, dan prosedur yang benar, maka pembagian hewan kurban akan lebih bermakna, sah secara syariat, dan memberikan keberkahan bagi semua pihak.
Jangan sampai niat baik dalam berkurban menjadi sia-sia hanya karena kesalahan dalam proses distribusi. Semoga Allah menerima amal ibadah kurban kita dan menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya.