Muslim Pop | Musim hujan telah tiba, kita diimbau untuk mewaspadai mewabahnya penyakit demam berdarah dengue atau DBD yang secara umum mengalami fluktuasi musiman. Ditambah lagi, peningkatan suhu global memperpanjang masa penularan, sehingga wabah menjadi lebih sering dan meluas.
Insiden dengue secara global mengalami peningkatan cukup signifikan selama dua dekade terakhir, yang menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang cukup besar.
Dari tahun 2000 hingga 2019, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lonjakan sepuluh kali lipat dalam kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dari 500.000 menjadi 5,2 juta.
Pada tahun 2024 ini, sampai dengan 30 April, lebih dari 7,6 juta kasus telah dilaporkan kepada WHO, termasuk 3,4 juta kasus yang dikonfirmasi, lebih dari 16.000 kasus yang parah, dan lebih dari 3.000 kematian.
Indonesia sendiri mengalami lonjakan kasus demam berdarah, dengan 88.593 kasus terkonfirmasi dan 621 kematian per 30 April 2024 – sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2023.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sampai dengan minggu ke-42 tahun 2024, terdapat 203.921 kasus dengue di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi dengan 1.210 kematian di 258 kabupaten/kota di 32 provinsi.
Angka tersebut lebih tinggi dari akumulasi kasus sepanjang tahun 2023 yaitu 114.720 kasus terkonfirmasi dengue dengan 894 kematian.
dr. Agus Handito, SKM, M.Epid, Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, menyatakan saat ini, prevalensi dengue di Indonesia menunjukkan tantangan yang serius.
Menurutnya, meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, terutama terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), angka kasus masih fluktuatif setiap tahunnya.
Oleh karena itu, pemerintah mengambil pendekatan yang lebih komprehensif melalui Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021-2025 yang mencakup:
- Penguatan manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan
- Peningkatan akses dan mutu tatalaksana dengue
- Penguatan surveilans dengue yang komprehensif serta manajemen KLB yang responsif
- Peningkatan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan
- Penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan; dan yang tidak kalah penting
- Pengembangan kajian, intervensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen program berbasis bukti, seperti melalui program nyamuk ber-Wolbachia dan vaksinasi.
“Namun demikian, masyarakat juga perlu menyadari bahwa upaya pencegahan tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif dari masing-masing individu. Kita perlu menggugah kesadaran bahwa meskipun kita melakukan pencegahan, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan.”katanya dalam talk show bertajuk “Lindungi Keluarga Anda dari Ancaman Dengue: #Ayo3MPlusVaksinDBD”, yang merupakan bagian dari serangkaian acara peringatan HKN 2024 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sementara itu, dr. Iriani Samad, M.Sc, Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, menyampaikan, Indonesia menghadapi tantangan serius dalam penanggulangan dengue, dengan peningkatan kasus yang signifikan dan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan beban yang ditimbulkan oleh penyakit ini, baik secara finansial maupun non-finansial.
Perlindungan terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif dan holistik, mencakup penerapan metode 3M Plus yang terbukti efektif, serta mengadopsi inovasi pencegahan lainnya.
“Jadi jangan sampai outbreak dulu, baru kita bergerak. Dengan pendekatan berlapis dan kolaboratif, kita dapat bersama-sama melindungi diri dan orang-orang terkasih dari ancaman dengue yang semakin mengkhawatirkan. Ayo, bertindak sekarang untuk kesehatan kita bersama,” katanya.
Sementara itu, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), Msi, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004–2024, mengungkapkan, sekitar 50% kasus kematian akibat dengue terdapat pada kelompok anak sekolah usia 5-14 tahun.
“Masyarakat bersama pemerintah harus berusaha mencegah agar anak dan dewasa tidak terserang virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, dengan memberantas sarang nyamuk secara berkala di semua rumah, sekolah, toko, pasar, perkantoran, ditambah dengan memelihara tanaman pengusir nyamuk dan ikan pemakan jentik; serta melakukan pengasapan (fogging) untuk mematikan nyamuk dewasa, dan dilakukan secara berkelanjutan,” katanya.
Selain itu, masing-masing keluarga juga perlu lebih waspada dalam mencegah gigitan nyamuk melalui 3M Plus, termasuk menggunakan lotion pengusir nyamuk, obat nyamuk, pakaian lengan panjang, celana panjang, dan kelambu.