29 C
Jakarta
12 Maret 2025
BerandaBeritaEkonomi Syariah Indonesia Masih Tumbuh saat Tekanan Global

Ekonomi Syariah Indonesia Masih Tumbuh saat Tekanan Global

Rabu, Maret 12, 2025

Muslim Pop | Bank Indonesia menilai ekonomi dan keuangan syariah memiliki daya tahan di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi. Hal ini terangkum dalam Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia (KEKSI) 2024 yang dirilis Bank Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, meskipun secara global perekonomian masih mengalami tekanan, pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia cenderung masih terus berkembang.

Seperti diketahui secara angka, pertumbuhan ekonomi global 2024 diperkirakan tumbuh 3,2% (yoy). Angka itu tergolong lebih rendah dibandingkan pada 2023 yang mencapai 3,3% (yoy). Penurunan tersebut tidak terlepas dari rendahnya permintaan global di tengah ketidakpastian yang tinggi akibat konflik geopolitik.

Pada laporan 2024, kinerja ekonomi syariah nasional yang tercermin dari sektor unggulan Halal Value Chain (HVC) pada 2024 tumbuh 4,0% (yoy), meningkat dibandingkan 3,93% (yoy) pada 2023.

“Sektor halal value chain di dalam PDB kita ini tumbuhnya 4%.Ini ditopang oleh peningkatan pada khususnya sektor makanan-minuman halal dan fesyen muslim. Sektor ini sebenarnya sudah menyumbangkan,” kata Destry di acara Kick Off Bulan Pembiayaan Syariah (BPS), Peluncuran Kajian Ekonomi Dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024 & Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2025 dengan tema ‘Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional’ di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kontribusi tidak hanya diberikan oleh sektor makanan-minuman halal dan fesyen muslim saja. Namun, pertumbuhan HVC juga turut disumbang oleh sektor pariwisata ramah muslim.

Secara keseluruhan, sektor unggulan HVC pada 2024 menopang lebih dari 25% dari ekonomi nasional, berurut dikontribusikan oleh sektor pertanian dan makanan-minuman halal, pariwisata ramah muslim (PRM), dan fesyen muslim. Adapun pangsa tersebut meningkat dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 24,27%.

Hal itu mengindikasikan bahwa secara umum pertumbuhan sektor unggulan HVC tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lain dalam komponen PDB dan mengonfirmasi posisi strategis sektor unggulan HVC sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru nasional yang mendukung pertumbuhan dan transformasi ekonomi nasional.

“Sektor pariwisata ramah muslim atau PRM juga tumbuh cukup signifikan, yaitu sebesar 8,55% secara tahunan dan ini juga tentunya didukung wisatawan destinasi utama Nusantara,” ujar Destry.

Menurutnya, pertumbuhan tersebut terbesar dibandingkan pada sebelum Pandemi COVID-19 berlangsung yang hanya berada di angka 6-7%.

Masih merujuk Laporan KEKSI 2024, faktor eksternal seperti neraca perdagangan RI untuk makanan dan minuman halal masih memiliki performa yang positif. Adapun realisasi ekspor dan impor sektor tersebut mencapai US$ 44,6 miliar dan US$ 26,49 miliar. Sehingga masih mencatatkan net ekspor sebesar US$ 18,14 miliar.

Hal itu juga didukung dengan jumlah produk bersertifikat halal di pusat hingga daerah yang angkanya cenderung mengalami peningkatan dari 2021 hingga 2024.

Dukungan BI untuk Pengembangan Ekonomi & Keuangan Syariah RI

Melalui beragam potensi tersebut, BI telah menyiapkan sejumlah strategi untuk terus mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di 2025. Untuk mengembangkan sektor tersebut, BI bakal terus memperkuat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah serta mendorong Indonesia menjadi industri halal dunia.

Kebijakan ekonomi dan keuangan syariah Bank Indonesia pada 2025 diselaraskan dengan RPJPN 2025-2045 serta rancangan RPJMN 2025-2029 dan Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) 2025-2029, berfokus pada penguatan ekosistem produk halal seperti penguatan HVC yang terdiri dari makanan-minuman halal, fesyen, dan pariwisata ramah muslim.

Hal itu juga bakal diimbangi dengan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SukBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). BI juga bakal memperkuat literasi, inklusi, dan halal lifestyle melalui Festival Ekonomi Syariah (FESyar) untuk tingkat daerah.

BI juga mengadakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berskala internasional, serta menerapkan Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (SNLIEKSI).

Tak hanya itu, Destry Damayanti mengatakan pihaknya juga bakal terus memperkuat sinergi dengan banyak pihak. Sebab mengembangkan potensi ekonomi syariah di Indonesia tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.

spot_img